Trump Rem Tarif Global, Dunia Teknologi Masih Gonjang-Ganjing

Presiden Donald Trump kembali mengguncang dunia perdagangan global. Dalam keputusan mengejutkan, ia mengumumkan jeda 90 hari untuk tarif baru terhadap semua negara—kecuali Tiongkok. Ini terjadi hanya seminggu setelah pengumuman tarif besar-besaran yang oleh para analis disebut sebagai “bom nuklir” dalam sistem perdagangan dunia.
Sementara tarif timbal balik global kini diturunkan ke angka 10%, tarif khusus untuk barang-barang dari China justru melonjak ke rekor tertinggi sepanjang sejarah: 125%.
Baca juga: Micron Mulai Naikkan Harga SSD & RAM Imbas Tarif Baru AS
Langkah ini menjadi pembalikan tajam dari pengumuman tanggal 2 April lalu, ketika Trump menetapkan bea masuk tinggi untuk berbagai negara, termasuk Jepang (24%), Vietnam (46%), dan Kamboja (49%). Efek domino langsung terasa di industri teknologi:
- Nintendo menunda pre-order konsol Switch 2,
- Pelanggan menyerbu Apple Store karena takut harga naik,
- Produsen laptop seperti Dell dan Lenovo menghentikan pengiriman ke AS,
- Dan Micron menaikkan harga SSD secara signifikan.
Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengklaim bahwa AS kini memulai negosiasi perdagangan baru dengan lebih dari 75 negara. Ia menyebut keputusan ini sebagai bukti keberhasilan “taktik intimidasi” terhadap mitra dagang.
Namun, kritik langsung berdatangan, bahkan dari dalam partainya sendiri. Elon Musk menyebut kebijakan ini “berbahaya” dan “merusak industri teknologi AS dari dalam.” Sementara itu, analis pasar mulai mencurigai bahwa lonjakan dan penurunan harga saham yang terjadi setelah pengumuman tarif bisa mengarah pada dugaan manipulasi pasar.
Tiongkok Jadi Target Utama
Tarif terhadap China mengalami kenaikan bertahap—54% menjadi 104%, lalu kini mencapai 125%. Sebagai balasan, negara tersebut memberlakukan tarif 84% atas barang-barang AS dan mulai membatasi ekspor logam tanah jarang (rare earth metals), yang krusial untuk industri semikonduktor dan teknologi tinggi. Situasi ini bahkan disebut mirip dengan skenario game Call of Duty: Black Ops II yang dirilis pada 2012 dan berlatar tahun 2025.
Penangguhan tarif untuk negara-negara seperti Vietnam dan Kamboja membawa sedikit angin segar, terutama bagi perusahaan seperti Nintendo yang tengah memindahkan manufaktur dari China. Namun, seperti yang dilaporkan Bloomberg, ketergantungan industri teknologi global terhadap rantai pasok China masih sangat besar. Produk seperti laptop, smartphone, dan baterai tetap sangat bergantung pada komponen dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Sementara Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif timbal balik untuk sebagian besar negara kini berada di angka 10%, status bea atas impor dari Meksiko dan Kanada masih belum jelas—diperkirakan antara 10% hingga 35%.
Trump memang menarik rem darurat untuk menghindari perang dagang global penuh, namun hubungan dengan China kini makin tegang. Bagi dunia teknologi, dampaknya belum selesai—harga, ketersediaan produk, dan stabilitas pasar tetap menjadi tanda tanya besar.
VIDEO TERBARU MURDOCKCRUZ :