Mengatasi Mitos Migrasi Mesin Virtual: Panduan Bagi Tim TI Perusahaan
Seiring perkembangan teknologi dan peningkatan beban kerja intensif data, perusahaan dihadapkan pada kebutuhan untuk memperbarui infrastruktur data center lama yang digunakan untuk menjalankan Virtual Machines (VM). Namun, meskipun modernisasi data center menawarkan peningkatan kinerja dan efisiensi, banyak CIO dan pengambil keputusan TI masih ragu untuk melakukan migrasi VM, terhambat oleh mitos dan kekhawatiran yang tidak berdasar.
Baca juga: Ryzen 9000 Series Resmi Tersedia di Indonesia, Harga Lebih Mahal dari Perkiraan
Table of Contents
Mitos 1: Migrasi VM Memerlukan Reboot yang Mengganggu Operasional
Salah satu kekhawatiran utama yang sering muncul adalah anggapan bahwa migrasi VM memerlukan reboot yang menyebabkan downtime aplikasi. Namun, reboot sebenarnya merupakan bagian standar dari pengoperasian dan pembaruan sistem, termasuk saat menerapkan patch keamanan.
Dengan memanfaatkan konfigurasi yang tersedia, aplikasi dapat tetap berjalan saat proses migrasi berlangsung, sehingga menghilangkan kekhawatiran mengenai downtime yang berkepanjangan.
Mitos 2: Migrasi Langsung dalam Lini Produk Vendor Lebih Mudah dan Menguntungkan
Banyak yang beranggapan bahwa migrasi langsung dalam lini produk vendor akan memberikan akses mudah pada peningkatan kinerja dan fitur prosesor baru. Namun, kenyataannya, migrasi ini seringkali membatasi akses pada instruksi baru dan fitur keamanan terkini.
Ini berarti kinerja VM bisa terganggu karena tidak berjalan di lingkungan yang mendukung semua fitur CPU baru. Sebaliknya, migrasi dingin terbukti lebih efisien, dengan pengujian menunjukkan bahwa 40 VM dapat dimigrasikan dalam waktu kurang dari 30 menit saat beralih dari sistem berbasis Intel Xeon ke AMD EPYC™.
Mitos 3: Migrasi Memerlukan Waktu Lama yang Mengganggu Operasional Beban Kerja
Migrasi tidak harus dilakukan dalam satu langkah besar yang mengganggu operasional. Sebaliknya, tim TI dapat merencanakan dan melaksanakan migrasi secara bertahap, memilih bagian mana yang akan dimigrasikan terlebih dahulu. Dengan alat open-source seperti VMware® Architecture Migration Tool (VAMT), proses ini menjadi lebih sederhana dan hampir tanpa downtime.
Menuju Data Center yang Efisien dengan Migrasi VM
Di era di mana AI dan Machine Learning semakin menjadi bagian integral dari strategi bisnis, evolusi data center menjadi sangat penting. Menghilangkan mitos seputar migrasi VM memungkinkan perusahaan untuk membuka peluang baru, mengoptimalkan sumber daya, dan memperkuat pertahanan mereka. Dengan memanfaatkan alur kerja yang sudah ada dan alat inovatif, migrasi VM bukan lagi menjadi tantangan, tetapi sebuah langkah krusial menuju modernisasi yang efisien dan efektif.
Robert Hormuth, Corporate Vice President of Architecture and Strategy for the Data Center Solutions Group di AMD, menekankan pentingnya migrasi VM sebagai bagian dari perjalanan transformasi digital perusahaan. “Migrasi VM membuka jalan bagi integrasi teknologi mutakhir, seperti AI dan ML, serta memperkuat infrastruktur untuk menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya.
Dengan demikian, perusahaan tidak hanya memenuhi tuntutan komputasi modern tetapi juga memastikan bahwa mereka siap untuk bersaing di lanskap teknologi yang terus berkembang.
VIDEO TERBARU MURDOCKCRUZ :