Krisis Password 2026: Dunia Makin Tech-Savvy, Password Masih “123456”
Menjelang 2026, dunia makin tech-savvy. AI di mana-mana, smartphone makin cepat, dan masyarakat global semakin hidup di ruang digital. Ironisnya, ketika urusan password, jutaan orang tampaknya masih terjebak di era Windows 95.
Laporan terbaru dari Comparitech, berdasarkan lebih dari 2 miliar password yang bocor sepanjang 2025, kembali membuktikan betapa buruknya kebiasaan keamanan dasar manusia.
Baca juga: Peluncuran NVIDIA RTX 50 SUPER Terancam Batal Dampak Kelangkaan DRAM
Dalam daftar 100 password paling umum, pola-pola malas seperti 123456, 12345678, 123456789, admin, hingga klasik password mendominasi. Bahkan variasi kocak seperti “123,” “1111,” hingga “****” berhasil menembus posisi puluhan besar. Fakta bahwa kata sandi seperti gin, minecraft, hingga India@123 muncul puluhan ribu kali semakin menegaskan satu hal: pengguna internet global lebih memilih kenyamanan instan daripada keamanan dasar.
Comparitech bahkan menyebut temuan ini sebagai “showcase of human laziness.” Dan sulit untuk tidak setuju.
Dari 2 miliar password yang dianalisis, 38,6% mengandung angka 123, sementara 3,1% mengandung ‘abc’. Lebih parah lagi, 65,8% password tidak mencapai panjang minimal 12 karakter, batas dasar yang sudah lama direkomendasikan para ahli keamanan. Ini seperti menutup rumah dengan gembok mainan, tapi mengeluh ketika kemalingan.
Fenomena password “bodoh” ini bukan cuma terjadi pada pengguna biasa. Tahun ini, sebuah laporan menyebut bahwa sistem CCTV museum Louvre menggunakan password “LOUVRE.” Dalam kasus lain, berbagai institusi penting di berbagai negara masih memakai password default yang bisa ditebak oleh anak SMP.
Dengan kebocoran data yang semakin sering terjadi dan layanan digital yang terus meningkat, kombinasi password lemah + daur ulang password lintas layanan adalah resep bencana. Beruntung, banyak pengguna sudah beralih ke password manager — baik bawaan browser maupun aplikasi khusus. Bukan solusi sempurna, tapi jauh lebih baik daripada 123456. Ditambah lagi, autentikasi dua faktor (2FA) bisa menjadi garis pertahanan kedua yang sangat penting.
Tahun hampir berganti, teknologi semakin maju, tetapi satu hal tetap stagnan: kebiasaan dasar menjaga keamanan digital. Kita sudah hidup di era AI, perangkat pintar, dan konektivitas global, tapi rupanya satu-satunya yang tidak ikut berevolusi adalah password manusia.
Dan selama itu tidak berubah, cybercriminal tidak perlu menjadi jenius. Mereka hanya perlu menebak “123456.”
VIDEO TERBARU MURDOCKCRUZ :

